时间:2025-06-11 15:34:40 来源:网络整理 编辑:热点
Jakarta, CNN Indonesia-- Menu cegah stunting di Depok, Jawa Barat viral di media sosial. Menu itu be quickq下载iosjs7
Menu cegah stunting di Depok, Jawa Barat viral di media sosial. Menu itu berupa nasi, kuah sup, serta seporsi tahu dan sawi yang dibanjur kuah.
Menu-menu di atas diklaim dapat memperbaiki gizi anak. Namun, ahli menilai menu tersebut kurang tepat dan tidak bisa digunakan untuk mencegah stunting.
Menu itu diberikan dalam rangka program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Depok. Makanan-makanan itu ditaruh di dalam toples plastik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
[Gambas:Instagram]
Guru Besar Bidang Ilmu Kesehatan Anak FKUI Profesor Damayanti Rusli Sjarif mengatakan, menu yang terdiri dari nasi, sawi, dan tahu tersebut tidak bisa mencegah stunting.
Dia menjelaskan, stunting adalah perawakan pendek yang disebabkan oleh kekurangan asam amino esensial dan energi jangka panjang pada anak.
Asam amino esensial yang lengkap sendiri, lanjut Damayanti, dapat diperoleh dari protein hewani. Oleh karena itu, protein hewani adalah jenis protein yang dibutuhkan untuk mencegah stunting.
Sementara tahu sendiri termasuk dalam kategori protein nabati yang memiliki keterbatasan jumlah asam amino esensial, sehingga tidak tepat jika dikonsumsi dengan tujuan untuk mencegah stunting.
"[Program cegah stunting] yang digalakkan oleh Presiden Joko Widodo itu protein hewani. Apa saja? Ikan, ayam, daging, telur, susu. Itu semua protein hewani, tinggal kombinasi. Jadi pemberian menu sawi dan tahu untuk cegah stunting tidak tepat," ujar Damayanti pada CNNIndonesia.comvia telepon, Jumat (17/11).
Lihat Juga :![]() |
Jika tahu dirasa kurang tepat, bagaimana dengan sawi? Sawi sendiri dikenal sebagai sayuran dengan kandungan serat, vitamin, dan mineral.
Namun, menurut Damayanti, sayur dan buah hadir hanya untuk diperkenalkan pada anak di bawah usia 2 tahun. Vitamin dan mineral yang mudah diserap tubuh justru bersumber dari pangan hewani misalnya zat besi dan vitamin B12.
Konsumsi serat pada baduta (bayi di bawah dua tahun) dibatasi karena mempunyai efek anti-nutrien yang bisa menghambat penyerapan zat besi dan seng yang diperlukan dalam tumbuh kembang anak.
"Baduta justru memerlukan zat gizi makro seperti karbohidrat, lemak, dan protein, terutama protein hewani," ujar Damayanti.
Damayanti mengingatkan, pada masa awal kehidupannya, anak hanya mengonsumsi ASI. Komposisi zat gizi dalam ASI menyiratkan pentingnya nutrisi tersebut pada tumbuh kembang anak di dua tahun pertama kehidupan.
Saat ASI sudah tak bisa lagi memenuhi kebutuhan tumbuh kembang, maka diperlukan makanan pendamping ASI (MPASI) yang komposisinya melengkapi zat gizi yang dibutuhkan.
Simak menu MPASI untuk cegah stunting di halaman berikutnya..
Saat sudah berusia 6 bulan, anak bisa diberikan makanan pendamping ASI (MPASI). Seperti apa menunya?
Damayanti menjelaskan, anak usia 6 bulan sampai 1 tahun memerlukan tambahan protein sebanyak 15 gram. Kombinasinya, anak di bawah 9 bulan nutrisinya masih tercukupi dari ASI (70 persen) sehingga masih perlu pemenuhan nutrisi 30 persen dari makanan.
"Pemberian satu butir telur bisa mencukupi kebutuhan dalam sehari. Itu bisa mencegah stunting dan ini sudah dibuktikan di Ekuador, stunting turun 47 persen," katanya.
Sementara anak usia 9-12 bulan, perbandingan pemenuhan nutrisi dari ASI dan MPASI jadi 50:50.
Dengan demikian, satu butir telur tak lagi cukup. Anak setidaknya mengonsumsi 1 1/2 butir telur ditambah ayam, daging cincang, atau ikan.
Lihat Juga :![]() |
Jumlah protein yang diperlukan meningkat jadi 20 gram dalam sehari atau setara dengan tiga butir telur.
Orang tua pun bisa mengombinasikan telur dengan sumber protein hewani lain seperti hati ayam, ikan cincang atau daging ayam cincang. Sebanyak satu butir telur setara dengan 2 sdm ikan cincang, sehingga anak bisa diberi dua butir telur dan dua sendok makan ikan cincang. dan kombinasi lainnya
Stunting bisa dicegah dengan edukasi pemberian makan anak yang benar. Posyandu pun jadi garda terdepan edukasi buat para orang tua.
"Posyandu juga memantau pertumbuhan dan deteksi dini kalau ada malnutrisi," kata Damayanti.
Dia pun menjelaskan, setidaknya ada beberapa peran Posyandu dalam pencegahan stunting.
![]() |
Posyandu harus memantau pertumbuhan anak dengan mengukur dan menimbang dengan cara dan ukuran yang benar.
Pengukuran tinggi badan anak usia di bawah 6 bulan menggunakan alat infantometer, sedangkan anak di atas 2 tahun menggunakan stadiometer.
"Semua ada di Peraturan Kementerian Kesehatan Nomor 1919 Tahun 2022 [tentang Standar Alat Antropometri dan Alat Deteksi Dini Perkembangan Anak], itu dari keputusan Menteri Kesehatan," imbuhnya.
Cara pengukuran juga harus benar. Misalnya, anak ditimbang dengan timbangan bayi/berdiri dengan ketelitian 5-10 gram tanpa memakai baju atau popok, Sementara anak yang kebih besar bisa memakai baju tipis agar mendapatkan pengukuran yang tepat.
Saat anak tumbuh dengan normal, orang tua bisa diberikan edukasi pemberian makan yang benar. Misalnya, bayi di bawah usia 6 bulan masih harus mendapatkan ASI eksklusif.
Sementara bayi atau balita usia 6 bulan ke atas harus diberikan MPASI.Sambil dilakukan pemantauan pertumbuhan teratur setiap bulan
Lihat Juga :![]() |
Pengecekan di Posyandu bisa mendeteksi masalah awal pertumbuhan anak dan mencegah stunting.
Damayanti memberikan contoh, pengukuran kenaikan berat badan anak seharusnya 750 gram per bulan di 3 bulan pertama kehidupan, tapi hasilnya 600 gram. Hal ini mengindikasikan adanya weight faltering.
Weight falteringadalah kondisi ketika keinaikan berat badan bayi tidak sesuai dengan standar usia sehat. Damayanti mengatakan, weight falteringmerupakan salah satu tanda awal masalah gizi.
Dengan diketahuinya keberadaan di atas, Posyandu perlu memberikan rujukan ke dokter di layanan kesehatan primer atau Puskesmas.
"Dokter harus periksa. Ada kompetensi layanan primer harus bisa deteksi dan menatalaksana penyakit gizi sebelum stunting. Kalau dalam waktu 2-4 minggu enggak ada perbaikan, harus rujuk ke RSUD," katanya
Penuh Haru! Warga Eks Pasar Gembrong Menangis dan Peluk Anies Baswedan2025-06-11 15:18
Awas Stroke, Hindari 5 Kebiasaan Ini agar Tetap Sehat2025-06-11 15:07
FOTO: Rumah Hantu Perewangan Tumbal Tujuh Turunan di Trans Studio2025-06-11 14:52
Deteksi Kanker Usus dengan Virtual Colonoscopy, Nyaman dan Cepat2025-06-11 14:44
Kapolri Ingatkan Jajarannya Agar Siap Antisipasi Lonjakan Arus Mudik Lebaran 20232025-06-11 14:27
Mantap! Menteri Agus Bangga Hari Bakti Imigrasi Dirayakan Sederhana: Fokus ke Program2025-06-11 14:03
VIDEO: Jelang Halloween, Toko Kostum di New York Penuh Pengunjung2025-06-11 13:56
Sudah Pakai KB Tapi Tetap Bobol? Ini Penjelasan Bidan2025-06-11 13:26
Bahlil Tegaskan Kawasan Raja Ampat Dilindungi, Tapi Wilayah Tersebut Luas Sekaligus Area Tambang2025-06-11 13:20
Alasan Gerindra Dukung Pencalonan Kembali Prabowo untuk Pilpres 20292025-06-11 13:09
Borneo Nusantara Kapital Putuskan Tempuh Jalur Hukum Terkait Sengketa Saham Zebra Nusantara2025-06-11 14:55
VIDEO: Semarak Dia de los Muertos, Rayakan Hari Orang Mati di New York2025-06-11 14:33
Jangan Sembarang Rekam Insiden, Dampaknya Bisa Seperti Ini2025-06-11 14:28
Olahraga sambil Healing, Ini 5 Tempat untuk Silent Walking di Jakarta2025-06-11 14:25
God's Eye dari BYD vs FSD Tesla, Tesla Kalah karena Kemahalan2025-06-11 14:22
Simak Baik2025-06-11 14:00
Bareskrim Ungkap Motif 4 Tersangka Pemalsuan Sertifikat SHGB dan SHM Pagar Laut Tangerang2025-06-11 13:53
Mayapada Hospital Bandung Atasi Obesitas Lewat Operasi Bariatrik2025-06-11 13:32
Harga Emas Koreksi Tipis, Investor Pantau Ketat Negosiasi China2025-06-11 13:29
Banjir Bandang Kabupaten Sumbawa Telan Nyawa, Korban Tewas Terseret Arus2025-06-11 12:59