时间:2025-06-11 21:58:46 来源:网络整理 编辑:娱乐
JAKARTA, DISWAY.ID --Selama beberapa tahun terakhir, fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) yang me quickq最新官方下载
JAKARTA,quickq最新官方下载 DISWAY.ID --Selama beberapa tahun terakhir, fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menimpa para pekerja di Indonesia telah menjadi salah satu permasalahan yang belum dapat ditemukan jalan keluarnya.
Hal ini tentunya menjadi momok yang menghantui para pekerja di Tanah Air, terutama pekerja di sektor ritel, tekstil, dan jasa.
Selain itu menurut Ekonom sekaligus Pakar Kebijakan Publik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, hal ini juga menjadi bukti bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mengalami ketimpangan.
BACA JUGA:DPR Terburu-buru Sahkan Revisi UU TNI, Amnesty International Khawatir Kembalinya Dwifungsi Militer
BACA JUGA:KPK Tahan 2 Tersangka Korupsi LPEI, Kerugian Negara Capai Rp11,7 Triliun
"PHK di sektor formal juga mendorong pergeseran ke sektor informal, yang umumnya menawarkan upah rendah dan tidak ada jaminan sosial," ucap Achmad ketika dihubungi oleh Disway pada Kamis 20 Maret 2025.
Tidak hanya itu, Achmad juga menambahkan bahwa situasi ini makin diperburuk oleh adanya ketidakseimbangan dalam struktur ekonomi.
Dalam hal ini, pertumbuhan yang digerakkan ekspor komoditas dan industri padat modal tidak menyentuh sektor-sektor yang menyerap banyak tenaga kerja.
"Alih-alih menciptakan lapangan kerja baru, banyak perusahaan justru melakukan efisiensi melalui otomatisasi. Alhasil, dampaknya, angka pengangguran terbuka (TPT) tetap tinggi, terutama di kalangan pemuda dan lulusan baru," jelas Achmad.
Fenomena PHK inipun juga turut mempengaruhi rendahnya daya beli masyarakat. Pasalnya, masyarakat cenderung menunda belanja karena ekspektasi harga lebih rendah, sementara ancaman PHK di sektor manufaktur dan jasa memperparah kehati-hatian konsumsi.
BACA JUGA:Komdigi Prediksi Trafik Jaringan Seluler Naik hingga 20% saat Libur Lebaran
BACA JUGA:Kemkomdigi Hentikan Layanan Internet dan Penyiaran Selama 24 Jam saat Hari Nyepi di Bali
"Deflasi dua bulan beruntun awal tahun 2025 (data BPS, Januari-Februari 2025) menjadi indikator melemahnya permintaan domestik. Daya beli yang melemah, inflasi yang tidak stabil, dan ketidakpastian pasar global membuat momentum Lebaran tidak mampu menjadi penyelamat ekonomi," ucap Achmad.
Dengan kondisi seperti ini, muncul keraguan akan apakah Indonesia akan mampu mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen.
Presiden Prabowo Pimpin Rapat Terbatas Pembentukan Tanggul Laut di Pulau Jawa2025-06-11 21:08
5 Tips Broker Global Octa Meraih Sukses dalam Trading2025-06-11 21:02
Rampungkan Tender Offer, Samico Capital Kini Kuasai 65,56% Saham KLIN2025-06-11 20:50
Jokowi Janji Tak Akan Cawe2025-06-11 20:44
Regulasi Seleksi Petugas Haji, Kemenag Dapat Apresiasi KPK2025-06-11 20:27
Rampungkan Tender Offer, Samico Capital Kini Kuasai 65,56% Saham KLIN2025-06-11 20:14
Pertamina NRE dan MGH Energy Garap E2025-06-11 20:03
Pria Wajib Tahu, Wanita Ingin Dicium Seperti Ini2025-06-11 19:52
Menkomdigi Meutya Serukan Kolaborasi Pemerintah dan Media Kredibel untuk Jaga Ruang Digital2025-06-11 19:29
Simak Ya, Ini Deretan Kesalahan Penumpang Saat Naik Kereta Api2025-06-11 19:29
Satu Dekade Astra Life, Transformasi Sukses dan Portofolio Bisnis yang Kuat2025-06-11 21:48
Perpres Nuklir Ditargetkan Rampung Tahun Ini, Pemerintah Siapkan NEPIO sebagai Motor PLTN2025-06-11 21:40
6 Doa yang Bisa Dibaca saat Rabu Wekasan2025-06-11 21:25
Menpar Ajak CPNS Kemenpar Wujudkan Pelayanan Luar Biasa untuk Pariwisata RI2025-06-11 21:01
Korsel dan China Sepakat Perkuat Hubungan Ekonomi di Semenanjung Korea2025-06-11 20:59
Peparnas 2024 di Solo, Bukti Pemerintah Mewujudkan Hak2025-06-11 20:42
Kejar 10.000 Rumah Rendah Emisi di 2025, Begini Strategi BTN2025-06-11 20:37
10 Jenis Ciuman Favorit Pria, Kamu Suka yang Mana?2025-06-11 20:24
Usulan Pahlawan Nasional 2025: Soeharto, Gus Dur, dan Sederet Nama Baru Masuk Daftar2025-06-11 20:10
5 Tips Broker Global Octa Meraih Sukses dalam Trading2025-06-11 19:16